coooLLL

coooLLL

Kamis, 10 Januari 2013

Pesawat Terbang Alat Transportasi Teraman Di Dunia


Ahir-ahir ini banyak kita mendengar berita tentang kecelakaan pesawat terbang di berbagai belahan dunia, baik pesawat militer maupun pesawat komersil. Masih teringat dibenak kita tentang hilangnya pesawat terbang Adam Air yang sedang terbang dari Surabaya menuju Makasar pada tahun 2007 silam,pesawat hilang beserta  seluruh penumpang dan awak pesawat dan sampai sekarang tidak ditemunkan baik bangkai pesawat maupun  penumpang dan awak pesawat terbang tersebut, hanya beberapa serpihan pesawat yang hancur saja yang diketemukan. Tak lama setelah itu juga tragedi di Bandara Adi soecipto Jogjakarta. Dan yang paling baru adalah tewasnya seluruh penumpang dan awak pesawat Sukhoi dalam acara uji terbang pesawat, yang ditemukan hancur menabrak Gunung Salak di Jawa Barat.
Sepintas kita merasa ngeri jika membayangkan hal tersebut. Naik pesawat terbang seolah-olah harus mempertaruhkan nyawa kita. Dimana sekali terjadi kecelakaan, hanya sedikit kemungkinan kita untuk selamat. Akan tetapi tahukah anda bahwa sebenarnya Pesawat terbang merupakan alat transportasi teraman dari seluruh alat transportasi yang ada, kususnya transportasi modern.
Jika kita teliti lebih dalam, coba bayangkan dan hitung, berapa kali terjadi tragedi kecelakaan dijalan raya, baik itu motor, mobil, maupun kendaraan tradisional. Kemudian berapa seringnya terjadi kereta api anjlog (kususnya di Indonesia), kemudian tragedi kecelakaan kapal-kapal kecil di pedalaman Kalimantan atau Sumatra.
Dari data Kepolisian, diperkirakan  1 sampai 5 nyawa manusia melayang setiap harinya di setiap kota di Indonesia akibat kecelakaan jalan raya. Jika dihitung dalam sebulan, berarti 30 sampai 150 nyawa  manusia melayang disetiap kota di Indonesia. Dan jika dikalikan jumlah kota seluruh Indonesia, sudah berapa ribu nyawa melayang akibat kecelakaan jalan raya. Ini jelas lebih mengerikan. Kita mungkin tidak pernah mengetahui itu semua karena tidak semua  media  meliput semua kejadian tersebut.
Akan tetapi coba kita tengok, jika terjadi kecelakaan pesawat terbang, baik di Indonesia maupun di negara lain, media pasti sudah mengekspos besar-besaran tentang tragedi kecelakaan itu. Kecelakan pesawat terbang memang tergolong kecelakaan besar, karena hanya sedikit kemungkinan penumpang atau pengemudi pesawat itu akan selamat. Namun, jika dihitung, secara keseluruhan kecelakaan pesawat tergolong jarang terjadi. Mungkin hanya sebulan sekali kita mendengar  berita tentang kecelakaan pesawat terbang. Namun, ekspos media yang  berlebihanlah yang membuat  seolah-olah kecelakan pesawat terbang sering terjadi.
Coba jika setiap kecelakaan yang terjadi dijalan raya diliput oleh media, mungkin setiap jamnya pasti ada berita tentang kecelakaan dijalan raya.
Dan perlu anda ketahui juga, pesawat terbang merupakan alat transportasi yang paling diperhatikan standar keselamatan dan keamanannya. Dimana setiap kerusakan-kerusakan yang terjadi pasti akan segera mungkin diperbaiki dan kondisi pesawat sesuai dengan standar syarat terbang yang berlaku. Jika terjadi satu saja kerusakan elemen pesawat terbang, pasti peawat terbang tersebut tidak diperbolehkan untuk lepas landas. Selain itu, pesawat terbang juga hanya dijalankan dan dioperasikan oleh orang berpendidikan. Mulai dari pengemudinya ( PILOT), kemudian teknisi pesawat terbang, dan semua operator-operator yang  terlibat didalam pengoperasian pesawat terbang.
Coba dibandingkan dengan alat transportasi lain, berapa seringkah kita memperhatikan kondisi  motor atau mobil kita. Atau transportasi umum seperti angkot dan bus, yang dijalankan bebas oleh siapapun asal bisa menyetir dan mempunyai SIM, kadang juga tidak mempunyai. Atau rusaknya bantalan rel kereta api, akan tetapi masih saja kereta api melintas diatasnya, kemudian over load pada kapal penumpang yang dilakukan perusahaan pelayaran di Indonesia.
Hal ini sebenarnya dapat dilihat berapa seringnya terjadi kecelakaan baik didarat maupun dilaut.
Lantas, masih takutkan anda naik pesawat terbang?
(Ardi Wijanarko)

Selasa, 08 Januari 2013

Jalan Tol Untuk Kendaraan roda dua atau motor


Kemacetan di  Ibu Kota Jakarta semakin hari semakin menjadi. Kemacetan tidak hanya terjadi dijalan-jalan arteri, akan tetapi juga terjadi dijalan bebas hambatan atau jalan tol. Wilayah yang terkena kemacetan pun semakin meluas, tidak hanya didalam kota Jakarta sendiri, akan tetapi sudah merambat  sampai ke kota satelit yang mengitarinya, seperti Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang. Bahkan terus meluas hingga Karawang, cikampek dan Banten.
Pembuatan jalan tol didalam Kota Jakarta, meliputi Tol Dalam Kota, kemudian Tol Lingkar Luar Jakarta, dan jalan Tol yang Terhubung ke Pelabuhan Tanjung Priok dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta nampaknya sudah hampir tidak bisa dijadikan sebagai alternatif pencegah kemacetan. Jalan tol yaang seharusnya jalan bebas hambatan, justru ikut dalam lubang kemacetan seperti yang terjadi di jalan arteri. Jalan tol yang menghubungkan Jakarta dengan kota Lain seperti Jalan Tol Jakarta Cikampek Kearah timur, kemudian Tol Jagorawi Ke arah selatan, dan tol Jakarta Merak ke arah Barat juga tidak banyak membantu. Kemacetan juga terjadi di titik-titik tertentu di jalan tol tersebut yang di dominasi kendaraan ber plat nomor kota Jakarta. Mobil-mobil pulang pergi setiap harinya dari dan menuju ke Jakarta.
Beberapa sumber kemacetan mulai dari pertigaan atau persimpangan jalan, kemudian putaran arah dan penyempitan jalan sudah diakali dengan berbagai macam cara untuk mencegah tersendatnya laju kendaraan, dengan pengalihan arus, kemudian penerapan satu lajur, akan tetapi masih saja terjadi kemacetan. Bahkan trafik light yang fungsi utamanya untuk mencegah kemacetan justru menjadi faktor utama terjadinya kepadatan lalulintas. Ditambah pula faktor faktor lain seperti perbaikan jalan, dan keramaian lalulalang manusia di titik keramaian semakin menambah parah penyakit macet di Ibu kota.
Kemacetan sampai saat ini disebabkan karena membludaknya jumlah kendaraan roda empat atau lebih, mulai dari mobil, minibus, bus, truck hingga truck kontainer. Sementara keberadaan kendaraan roda dua atau motor membuat jalanan semakin semrawut karena berjalan sesuka hati. Pembuatan jalan tol sebenarnya bisa sedikit membantu jika para pengemudi kendaraan mobil mau tertib dalam pemakaiannya. Dimana mobil yang akan melewati jalan-jalan arteri yang berpotensi terjadi kemacetan hendaknya melaluijalan tol yang ada. Akan tetapi  dari survei yang dilakukan sebuah media cetak, hanya 50% pengguna kendaraan roda empat yang masuk jalan tol, itupun didominasi kendaraan besar seperti bus, dan truck. Sisanya tetap menggunakan jalan arteri,  dengan berbagai macam alasan mulai dari lebih hemat (karena tidak membayar tol), atau jarak Yang ditempuh dekat dan berbagai macam alasan lainnya. yang jelas semakin menambah padat jalan arteri di Ibu kota ini.
Sebuah usulan, kenapa jalan tol tidak digunakan untuk pengguna kendaraan roda dua saja, jika pengguna kendaraan roda empat lebih memilih melalui jalan arteri. Biarkan pengguna mobil menikmati kemacetan dijalan arteri, sementara pengguna motor bisa melaju kencang di jalan tol. Sebab, dari data yang diperoleh, jarak yang ditempuh pengguna kendaraan roda dua lebih jauh dibanding pengguna kendaraan roda empat. Para pengguna motor rata-rata para pengalju dari luar kota yang ingin mengejar waktu, sebab dengan menggunakan motor mereka bisa menerobos kemacetan di Jakarta. Sementara pengguna kendaraan roda empat sendiri sebagian besar justru berasal dari dalam kota Jakarta.(ardi Wijanarko)
Sumber
http://media.viva.co.id/thumbs2/2009/01/13/63042_motor_masuk_jalan_tol_menghindari_banjir_663_382.jpg

Misteri Gunung Sindoro Temanggung


Baru –baru ini kita mendengar berita tentang tewasnya dua pendaki gunung Sindoro Jawa Tengah. Tepatnya pada hari Selasa tanggal 1 Januari 2013. Dari laporan teman korban dan saksi mata disekitar tempat kejadian perkara, dua pendaki asal Wonosobo tersebut tewas karena menghirup gas beracun yang keluar dari kawah Jolotundo gunung Sindoro.
Gunung Sindoro adalah sebuah gunung di Jawa Tengah, tepatnya berada di barat dari kota Temanggung dan timur dari kota Wonosobo. Gunung Sindoro yang bersebelahan dengan gunung Sumbing memiliki ketinggian 3150 MDPL. Status gunung sindoro saat ini adalah aktif normal. Sebelumnya gunug Sindoro telah dinyatakan sebagai gunung mati atau gunung tidak aktif, karena tidak ada aktifitas fulkanik di kawah Sindoro setelah terakhir kali mengeluarkan semburan asap pada tahun 1970.
 Akan tetapi setelah tertidur selama 40 tahun, pada ahir tahun 2011, tepatnya pada bulan November 2011, ditemukan semburan asap dari dinding   dan air panas didasar kawah Jolotundo Sindoro. Status gunung Sindoro pada bulan November kemudian dinaikkan menjadi waspada Level III. Pada saat itu juga terjadi gempa tremor dengn kekuat rendah. Setelah aktifitas kegempaan turun, status gunung sindoro diturunkan menjadi aktif normal per tanggal 30 Maret 2012.
Meskipun sampai saat ini kawah Sindoro masih mengeluarkan asap, gunung Sindoro masih dinyatakan aman untuk pendakian, karena asap yang dikeluarkan dari kawah Sindoro hanya mengandung gas sulfatara berskala rendah dan memiliki potensi racun yang kecil.
Lantas, benarkah dua orang pendaki itu tewas akibat gas beracun dari Gunung Sindoro? Padahal dari catatan sejarah belum pernah ada pendaki yang tewas di Gunung Sindoro disebabkan oleh gas ataupun asap dari kawah Sindoro.
Dari penelitia, ditemukan bahwa gas beracun yang menyebabkan tewasnya dua orang pendaki itu adalah karena uap dari air hujan yang mengguyur puncak Sindoro. Memang pada saat itu cuaca di sekitar gunung Sindoro sedang tidak baik.  Pada saat itu malam tahun baru, sekitar 150 orang tercatat mendaki gunung Sindoro melalui pos Pendakian Kledung Temanggung, meskipun cuaca di sekitar gunung Sindoro diguyur hujan deras.
Kemudian gunung Sindoro yang memiliki lubang  kawah sangat besar, dimana masih terdapat lubang-lubang di dinding kawah maupun dasar kawah, yang terhubung langsung dengan perut bumi meskipun hanya beberapa saja yang mengeluarkan asap sulfatara. Dari lubang itulah diperkirakan gas beracun itu muncul, hujan yang turun membasahi puncak Sindoro, secara otomatis air hujan yang turun masuk kedalam lubang lubang kawah. Panas bumi membuat air yang masuk kembai menguap dan keluar keatas. Karena sudah melewati perut bumi, yang dipenuhi material-material fulkanik didalamnya, uap air itu naik membawa zat-zat yang ada diperut bumi seperti SIO, dan sulfur dengan kadar pekat. Asap inilah yang kemungkinan besar terhirup oleh pendaki tadi. Dan yang lebih berbahaya lagi, uap air yang keluar dari perut bumi tersebut tidak berwarna tidak berwujud, dan bagi orang awam yang tidak paham tentang Vukanologi, mereka tidak memperhatikan bau yang dirasakan dari uap air tersebut, dikiranya mungkin hanya bau belerang biasa, padahal bau itu adalah uap air yang keluar dari perut bumi. Dengan menghirup gas berbahaya tadi, mereka akan merasa lemas dan dengan keadaan fisik capek, bisa berujung pada kematian. (Ardi Wijanarko)
Sumber:

Senin, 07 Januari 2013

Bahan Pewarna makanan



Bahan peledak diklasifikasikan berdasarkan sumber energinya menjadi bahan peledak mekanik, kimia dan nuklir seperti terlihat pada Gambar 1.1 (J.J. Manon, 1978). Karena pemakaian bahan peledak dari sumber kimia lebih luas dibanding dari sumber energi lainnya, maka pengklasifikasian bahan peledak kimia lebih intensif diperkenalkan. Pertimbangan pemakaiannya antara lain, harga relatif murah, penanganan teknis lebih mudah, lebih banyak variasi waktu tunda (delay time) dan dibanding nuklir tingkat bahayanya lebih rendah. Oleh sebab itu modul ini hanya akan memaparkan bahan peledak kimia.
Gambar 1.1. Klasifikasi bahan peledak menurut J.J. Manon (1978)
Bahan peledak permissible dalam klasifikasi di atas perlu dikoreksi karena saat ini bahan peledakan tersebut sebagian besar merupakan bahan peledak kuat. Bahan peledak permissibledigunakan khusus untuk memberaikan batubara ditambang batubara bawah tanah dan jenisnya adalah blasting agent yang tergolong bahan peledak kuat, sehingga pengkasifikasian akan menjadi seperti dalam Gambar 1.2.
Sampai saat ini terdapat berbagai cara pengklasifikasian bahan peledak kimia, namun pada umumnya kecepatan reaksi merupakan dasar pengklasifikasian tersebut. Contohnya antara lain sebagai berikut:
1.                  Menurut R.L. Ash (1962), bahan peledak kimia dibagi menjadi:
1.                  Bahan peledak kuat (high explosive) bila memiliki sifat detonasi atau meledak dengan kecepatan reaksi antara 5.000 – 24.000 fps (1.650 – 8.000 m/s)
2.                  Bahan peledak lemah (low explosive) bila memiliki sifat deflagrasi atau terbakar kecepatan reaksi kurang dari 5.000 fps (1.650 m/s).
Gambar 1.2. Klasifikasi bahan peledak
1.                  Menurut Anon (1977), bahan peledak kimia dibagi menjadi 3 jenis seperti terlihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Klasifikasi bahan peledak menurut Anon (1977)
JENIS
REAKSI
CONTOH
Bahan peledak lemah (low explosive)
Deflagrate(terbakar)
black powder
Bahan peledak kuat (high explosive)
Detonate(meledak)
NG, TNT, PETN
Blasting agent
Detonate(meledak)
ANFO, slurry, emulsi








Peledakan akan memberikan hasil yang berbeda dari yang diharapkan karena tergantung pada kondisi eksternal saat pekerjaan tersebut dilakukan yang mempengaruhi kualitas bahan kimia pembentuk bahan peledak tersebut. Panas merupakan awal terjadinya proses dekomposisi bahan kimia pembentuk bahan peledak yang menimbulkan pembakaran, dilanjutkan dengan deflragrasi dan terakhir detonasi. Proses dekomposisi bahan peledak diuraikan sebagai berikut:
a)           Pembakaran adalah reaksi permukaan yang eksotermis dan dijaga keberlangsungannya oleh panas yang dihasilkan dari reaksi itu sendiri dan produknya berupa pelepasan gas-gas. Reaksi pembakaran memerlukan unsur oksigen (O2) baik yang terdapat di alam bebas maupun dari ikatan molekuler bahan atau material yang terbakar. Untuk menghentikan kebakaran cukup dengan mengisolasi material yang terbakar dari oksigen. Contoh reaksi minyak disel (diesel oil) yang terbakar sebagai berikut:
CH3(CH2)10CH3 + 18½ O2 ® 12 CO2 + 13 H2O
b)           Deflagrasi adalah proses kimia eksotermis di mana transmisi dari reaksi dekomposisi didasarkan pada konduktivitas termal (panas). Deflagrasi merupakan fenomena reaksi permukaan yang reaksinya meningkat menjadi ledakan dan menimbulkan gelombang kejut (shock wave) dengan kecepatan rambat rendah, yaitu antara 300 – 1000 m/s atau lebih rendah dari kecep suara (subsonic). Contohnya pada reaksi peledakanlow explosive (black powder) sebagai berikut:
v     Potassium nitrat + charcoal + sulfur
20NaNO3 + 30C + 10S  ®  6Na2CO3 + Na2SO4 + 3Na2S +14CO2 + 10CO + 10N2
v     Sodium nitrat + charcoal + sulfur
20KNO3 + 30C + 10S  ®  6K2CO3 + K2SO4 + 3K2S +14CO2+10CO + 10N2
c) Ledakan, menurut Berthelot, adalah ekspansi seketika yang cepat dari gas menjadi bervolume lebih besar dari sebelumnya diiringi suara keras dan efek mekanis yang merusak. Dari definisi tersebut dapat tersirat bahwa ledakan tidak melibatkan reaksi kimia, tapi kemunculannya disebabkan oleh transfer energi ke gerakan massa yang menimbulkan efek mekanis merusak disertai panas dan bunyi yang keras. Contoh ledakan antara lain balon karet ditiup terus akhirnya meledak, tangki BBM terkena panas terus menerus bisa meledak, dan lain-lain.
d)      Detonasi adalah proses kimia-fisika yang mempunyai kecepatan reaksi sangat tinggi, sehingga menghasilkan gas dan temperature sangat besar yang semuanya membangun ekspansi gaya yang sangat besar pula. Kecepatan reaksi yang sangat tinggi tersebut menyebarkan tekanan panas ke seluruh zona peledakan dalam bentuk gelombang tekan kejut (shock compression wave) dan proses ini berlangsung terus menerus untuk membebaskan energi hingga berakhir dengan ekspansi hasil reaksinya. Kecepatan rambat reaksi pada proses detonasi ini berkisar antara 3000 – 7500 m/s. Contoh kecepatan reaksi ANFO sekitar 4500 m/s. Sementara itu shock compression wavemempunyai daya dorong sangat tinggi dan mampu merobek retakan yang sudah ada sebelumnya menjadi retakan yang lebih besar. Disamping itu shock wave dapat menimbulkan symphatetic detonation, oleh sebab itu peranannya sangat penting di dalam menentukan jarak aman (safety distance) antar lubang. Contoh proses detonasi terjadi pada jenis bahan peledakan antara lain:
v     TNT           : C7H5N3O6 ® 1,75 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 5,25 C
v     ANFO       : 3 NH4NO3 + CH2 ®  CO2 + 7 H2O + 3 N2
v     NG            : C3H5N3O9 ® 3 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 0,25 O2
v     NG + AN   : 2 C3H5N3O9 + NH4NO3 ® 6 CO2 + 7 H2O + 4 N4 + O2
Dengan mengenal reaksi kimia pada peledakan diharapkan peserta akan lebih hati-hati dalam menangani bahan peledak kimia dan mengetahui nama-nama gas hasil peledakan dan bahayanya. Ardi Wijanarko

Klasifikasi Bahan Peledak



Bahan peledak diklasifikasikan berdasarkan sumber energinya menjadi bahan peledak mekanik, kimia dan nuklir seperti terlihat pada Gambar 1.1 (J.J. Manon, 1978). Karena pemakaian bahan peledak dari sumber kimia lebih luas dibanding dari sumber energi lainnya, maka pengklasifikasian bahan peledak kimia lebih intensif diperkenalkan. Pertimbangan pemakaiannya antara lain, harga relatif murah, penanganan teknis lebih mudah, lebih banyak variasi waktu tunda (delay time) dan dibanding nuklir tingkat bahayanya lebih rendah. Oleh sebab itu modul ini hanya akan memaparkan bahan peledak kimia.
Gambar 1.1. Klasifikasi bahan peledak menurut J.J. Manon (1978)
Bahan peledak permissible dalam klasifikasi di atas perlu dikoreksi karena saat ini bahan peledakan tersebut sebagian besar merupakan bahan peledak kuat. Bahan peledak permissibledigunakan khusus untuk memberaikan batubara ditambang batubara bawah tanah dan jenisnya adalah blasting agent yang tergolong bahan peledak kuat, sehingga pengkasifikasian akan menjadi seperti dalam Gambar 1.2.
Sampai saat ini terdapat berbagai cara pengklasifikasian bahan peledak kimia, namun pada umumnya kecepatan reaksi merupakan dasar pengklasifikasian tersebut. Contohnya antara lain sebagai berikut:
1.                  Menurut R.L. Ash (1962), bahan peledak kimia dibagi menjadi:
1.                  Bahan peledak kuat (high explosive) bila memiliki sifat detonasi atau meledak dengan kecepatan reaksi antara 5.000 – 24.000 fps (1.650 – 8.000 m/s)
2.                  Bahan peledak lemah (low explosive) bila memiliki sifat deflagrasi atau terbakar kecepatan reaksi kurang dari 5.000 fps (1.650 m/s).
Gambar 1.2. Klasifikasi bahan peledak
1.                  Menurut Anon (1977), bahan peledak kimia dibagi menjadi 3 jenis seperti terlihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Klasifikasi bahan peledak menurut Anon (1977)
JENIS
REAKSI
CONTOH
Bahan peledak lemah (low explosive)
Deflagrate(terbakar)
black powder
Bahan peledak kuat (high explosive)
Detonate(meledak)
NG, TNT, PETN
Blasting agent
Detonate(meledak)
ANFO, slurry, emulsi








Peledakan akan memberikan hasil yang berbeda dari yang diharapkan karena tergantung pada kondisi eksternal saat pekerjaan tersebut dilakukan yang mempengaruhi kualitas bahan kimia pembentuk bahan peledak tersebut. Panas merupakan awal terjadinya proses dekomposisi bahan kimia pembentuk bahan peledak yang menimbulkan pembakaran, dilanjutkan dengan deflragrasi dan terakhir detonasi. Proses dekomposisi bahan peledak diuraikan sebagai berikut:
a)           Pembakaran adalah reaksi permukaan yang eksotermis dan dijaga keberlangsungannya oleh panas yang dihasilkan dari reaksi itu sendiri dan produknya berupa pelepasan gas-gas. Reaksi pembakaran memerlukan unsur oksigen (O2) baik yang terdapat di alam bebas maupun dari ikatan molekuler bahan atau material yang terbakar. Untuk menghentikan kebakaran cukup dengan mengisolasi material yang terbakar dari oksigen. Contoh reaksi minyak disel (diesel oil) yang terbakar sebagai berikut:
CH3(CH2)10CH3 + 18½ O2 ® 12 CO2 + 13 H2O
b)           Deflagrasi adalah proses kimia eksotermis di mana transmisi dari reaksi dekomposisi didasarkan pada konduktivitas termal (panas). Deflagrasi merupakan fenomena reaksi permukaan yang reaksinya meningkat menjadi ledakan dan menimbulkan gelombang kejut (shock wave) dengan kecepatan rambat rendah, yaitu antara 300 – 1000 m/s atau lebih rendah dari kecep suara (subsonic). Contohnya pada reaksi peledakanlow explosive (black powder) sebagai berikut:
v     Potassium nitrat + charcoal + sulfur
20NaNO3 + 30C + 10S  ®  6Na2CO3 + Na2SO4 + 3Na2S +14CO2 + 10CO + 10N2
v     Sodium nitrat + charcoal + sulfur
20KNO3 + 30C + 10S  ®  6K2CO3 + K2SO4 + 3K2S +14CO2+10CO + 10N2
c) Ledakan, menurut Berthelot, adalah ekspansi seketika yang cepat dari gas menjadi bervolume lebih besar dari sebelumnya diiringi suara keras dan efek mekanis yang merusak. Dari definisi tersebut dapat tersirat bahwa ledakan tidak melibatkan reaksi kimia, tapi kemunculannya disebabkan oleh transfer energi ke gerakan massa yang menimbulkan efek mekanis merusak disertai panas dan bunyi yang keras. Contoh ledakan antara lain balon karet ditiup terus akhirnya meledak, tangki BBM terkena panas terus menerus bisa meledak, dan lain-lain.
d)      Detonasi adalah proses kimia-fisika yang mempunyai kecepatan reaksi sangat tinggi, sehingga menghasilkan gas dan temperature sangat besar yang semuanya membangun ekspansi gaya yang sangat besar pula. Kecepatan reaksi yang sangat tinggi tersebut menyebarkan tekanan panas ke seluruh zona peledakan dalam bentuk gelombang tekan kejut (shock compression wave) dan proses ini berlangsung terus menerus untuk membebaskan energi hingga berakhir dengan ekspansi hasil reaksinya. Kecepatan rambat reaksi pada proses detonasi ini berkisar antara 3000 – 7500 m/s. Contoh kecepatan reaksi ANFO sekitar 4500 m/s. Sementara itu shock compression wavemempunyai daya dorong sangat tinggi dan mampu merobek retakan yang sudah ada sebelumnya menjadi retakan yang lebih besar. Disamping itu shock wave dapat menimbulkan symphatetic detonation, oleh sebab itu peranannya sangat penting di dalam menentukan jarak aman (safety distance) antar lubang. Contoh proses detonasi terjadi pada jenis bahan peledakan antara lain:
v     TNT           : C7H5N3O6 ® 1,75 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 5,25 C
v     ANFO       : 3 NH4NO3 + CH2 ®  CO2 + 7 H2O + 3 N2
v     NG            : C3H5N3O9 ® 3 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 0,25 O2
v     NG + AN   : 2 C3H5N3O9 + NH4NO3 ® 6 CO2 + 7 H2O + 4 N4 + O2
Dengan mengenal reaksi kimia pada peledakan diharapkan peserta akan lebih hati-hati dalam menangani bahan peledak kimia dan mengetahui nama-nama gas hasil peledakan dan bahayanya
Ardi Wijanarko

Bahan Peledak



Bahan peledak yang dimaksudkan adalah bahan peledak kimia yang didefinisikan sebagai suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran berbentuk padat, cair, atau campurannya yang apabila diberi aksi panas, benturan, gesekan atau ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia eksotermis sangat cepat dan hasil reaksinya sebagian atau seluruhnya berbentuk gas disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang secara kimia lebih stabil.
Panas dari gas yang dihasilkan reaksi peledakan tersebut sekitar 4000° C. Adapun tekanannya, menurut Langerfors dan Kihlstrom (1978), bisa mencapai lebih dari 100.000 atm setara dengan 101.500 kg/cm² atau 9.850 MPa (» 10.000 MPa). Sedangkan energi per satuan waktu yang ditimbulkan sekitar 25.000 MW atau 5.950.000 kcal/s. Perlu difahami bahwa energi yang sedemikian besar itu bukan merefleksikan jumlah energi yang memang tersimpan di dalam bahan peledak begitu besar, namun kondisi ini terjadi akibat reaksi peledakan yang sangat cepat, yaitu berkisar antara 2500 – 7500 meter per second (m/s). Oleh sebab itu kekuatan energi tersebut hanya terjadi beberapa detik saja yang lambat laun berkurang seiring dengan perkembangan keruntuhan batuan.

Tertawalah sebelum Tertawa Dilarang



Tanpa kita sadari ternyata tertawa merupakan salah satu olahraga yang baik untuk kesehatan. Sesuatu yang sederhana dan simple tapi memiliki banyak manfaat. Tertawa tidak hanya menjadi penanda kebahagiaan tetapi juga dapat meningkatkan sirkulasi darah yang dapat mempercepat proses pemulihan. Sebuah penelitian menemukan bahwa Tertawa ini dapat mempercepat penyembuhan dibandingkan dengan pengobatan teknology.
Di sebuah rumah sakit seorang dokter merawat pasien yang terluka kakinya adalah dengan cara perban kompresi yang dikombinasikan dengan pola makan dan olahraga yang benar agar bisa merangsang aliran darah kembali dari kaki ke jantung. Seorang profesor menyatakan tertawa benar benar hangat  dan membuat anda merasa senang juga dapat mempercepat penyembuhan hal ini dikarenakan tertawa membuat diafragma bergerak dan hal ini memainkan peranan penting dalam menggerakan darah ke seluruh tubuh. Dan penelitian yang dilakukan bahwa ultrasonik untuk terapi kompresi tidak berpengaruh pada kecepatan penyembuhan tetapi yang membantu penyembuhan adalah dengan tertawa. Untuk usia lanjut tertawa merupakan sumber latihan jantung yang sehat
Selain manfaat  yang dibahas diatas ternyata masih banyak manfaat lain untuk kesehatan kita diantaranya:
1.      Memberi efek positif pada tubuh
Dengan tertawa energi energi negatif pada tubuh kita akan berkurang dan kita akan menjadi lebih bersemangan dalam menjalani aktivitas sehari hari.
2.      Menurunkan resiko terkena penyakit lebih besar dibandingkan orang yang kurang tertawa
Jika tertawa dibiasakan sekitar 10 – 25 kali dalam satu hari
3.      Menghilangkan stress
Akibat padatnya aktifitas sehari hari yang menyebabkan stress dengan tertawa bisa berfungsi sebagai penghilang stress. Ini merupakan cara yang mudah dan terbaik dan tubuh akan menjadi fit kembali. Tertawa bisa meningkatkan aliran darah ke jantung sebanyak 22 persen dan menurunkan hormon yang menyebabkan stress seperti hormon dropal, kortisol dan epinephrine
4.      Membuat orang lebih berkualitas dalam bekerja
Sebuah penelitian yang dilakukan menyimpulkan bahwa orang yang memiliki selera humor tinggi memiliki kualitas pekerjaan yang baik
5.      Membuat awet muda
Pada saat tertawa sel sel dalam tubuh akan melakukan regenerasi dengan cepat untuk menggantikan sel yang telah mati. Hal ini menjadi pemicu agar kita menjadi awet muda. cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan memperbanyak senyum. Usahakan agar tersenyum ketika bertemu dengan orang lain seperti tetangga, teman selain bisa menjalin hubungan yang baik dengan mereka hal itu juga bisa membuat awet muda

Tetapi berhati hatilah segala sesuatu yang berlebihan itu bisa berdampak tidak baik. Jangan tertawa secara berlebihan karena hal itu bisa menyebakan kematian hal ini dikarenakan saat bergembira otak akan melepaskan bahan kimia alami yaitu adrenalin yang pada hewan besar dapat menjadi racun pada berbagai organ khususnya bagian jantung. Pada kondisi emosi yang ekstrim baik positif atau negatif akibatnya bisa membahayakan jantung. Pada kasus yang langka dapat menyebabkan irama jantung menjadi abnormal yang dapat berujung pada kematian.
Ardi Wijanarko

Industri dan Klasifikasinya

Industri diklasifikasi menjadi 3 bagian, yaitu:
1.Industri dasar atau hulu
2.Industri hilir
3.Industri kecil
Sesuai dengan program Pemerintah untuk lebih memudahkan dalam pembinaannya, industri dasar dirinci menjadi Industri Kimia Dasar dan Industri Mesin dan Logam, Dasar, sedangkan industri hilir sering juga disebutkan dengan Aneka Industri.
Selain penggolongan tersebut industri juga diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: industri primer, industri yang mengubah bahan mentah menjadi setengah jadi; industri sekunder, adalah industri yang merubah barang setengah jadi menjadi barang jadi; industri tertier, sebagian besar meliputi industri jasa ataupun industri lanjutan yang mengolah bahan industri sekunder.
Ciri masing-masing industri adalah sebagai berikut: Industri hulu mempunyai ciri-ciri padat modal, berskala besar, menggunakan teknologi maju dan teruji. Lokasinya selalu dipilih dekat dengan bahan baku yang mempunyai sumber energi sendiri, dan pada umumnya lokasi ini belum tersentuh pembangunan. Karena itu diperlukan perencanaan yang matang beserta tahapan pembangunan, mulai dari perencanaan sampai operasional.
Dari sudut lain diperlukan pengaturan tata ruang, rencana pemukiman, pengembangan kehidupan perekonomian, pencegahan kerusakan lingkungan dan lain-lain. Pembangunan industri ini akan mengakibatkan perubahan lingkungan baik dari aspek sosial ekonomi dan budaya dan pencemaran.
Terjadi perubahan tatanan sosial, pola konsumsi, bentang alam, tingkah laku, habitat binatang, permukaan tanah, sumber air, kemunduran kualitas udara, pengurangan sumberdaya alam lainnya.
Industri hilir. Industri ini sebagai perpanjangan proses dari industri hulu. Pada umumnya industri ini mengolah bahan setengah jadi menjadi barang jadi. Lokasinya selalu diupayakan dekat pasar. Menggunakan teknologi madya dan teruji, Banyak menyerap tenaga kerja.
Industri kecil. Industri ini banyak berkembang di pedesaan maupun di kota. Industri kecil peralatannya sederhana. Walaupun hakekat produksi sama dengan industri hilir, tapi sistem pengolahannya lebih sederhana. Sistem tata letak pabrik, pengolahan limbah belum mendapat perhatian,Industri ini banyak menyerap tenaga kerja.

Ardi Wijanarko

Pencemaran dan Lingkungan


Alam memiliki suatu hubungan reaksi yang sulit dijelaskan dengan merkuri atau raksa. Tetapi para peneliti dari Department of Energy’s Oak Ridge National Laboratory telah berhasil membuat suatu penemuan yang dapat menjelaskan hubungan yang aneh ini.

Ketika para ilmuwan telah mengetahui bahwa beberapa mikroba di lingkungan perairan dapat menghasilkan metilmerkuri, suatu bentuk senyawa organomerkuri yang lebih beracun dibanding merkuri itu sendiri yang terakumulasi dalam tubuh ikan, mereka juga mengetahui bahwa alam dan beberapa spesies bakteri lainnya dapat mengubah metilmerkuri ke dalam bentuk yang kurang toksik. Hal yang kurang mereka pahami sepenuhnya adalah bahwa mekanisme transformasi ini terjadi pada keadaan lingkungan yang anoksik atau kurang oksigen.
“Hingga saat ini, reaksi antara merkuri murni dengan material organik terlarut telah dipelajari dalam kondisi lingkungan anoksik,” kata Baohua Gu dari Environmental Sciences Division Department of Energy’s Oak Ridge National Laboratory.
Pada sebuah jurnal yang dipublikasikan pada Proceedings of the National Academy of Sciences, sebuah tim riset yang dipimpin oleh Gu melaporkan bahwa senyawa yang dilepaskan oleh material organik akuatik telah mempengaruhi terjadinya siklus merkuri di lingkungan perairan tersebut. Konsentrasi yang rendah dari senyawa ini dapat mengurangi merkuri, tetapi seiring dengan bertambahnya konsentrasi senyawa tersebut reaksi yang terjadi semakin terhambat. Dari fakta ini didapat suatu kesimpulan bahwa senyawa yang dihasilkan dari reaksi tersebut bertindak sebagai inhibitor bagi reaksi selanjutnya. Para peneliti ini melakukan eksperimen mereka dengan menyesuaikan kondisi eksperimen dengan kondisi sesungguhnya di alam.
“Studi ini mendemonstrasikan bahwa pada sedimen dan lingkungan air yang anoksik, materi organik tidak hanya mampu untuk mengurangi merkuri, tetapi juga dapat mengikat merkuri,” kataLiyuan Liang, co-author jurnal ini. “Pengikatan ini juga menyebabkan merkuri kurang tersedia bagi mikroorganisme untuk membentuk metilmerkuri.”
Para penulis juga menginformasikan bahwa dalam jurnal ini ditawarkan suatu mekanisme yang dapat membantu menjelaskan interaksi antara material organik dengan merkuri di dalam lingkungan akuatik yang terlihat cukup kontradiktif.
Gu dan Liang berharap pengetahuan terbaru ini dapat memainkan peranan penting dalam membantu untuk memahami terjadinya siklus merkuri di lingkungan akuatik dan sedimen serta dapat membantu menginformasikan pengambilan kebijakan berkaitan dengan penanganan pencemaran merkuri di berbagai negara.
“Tujuan jangka panjang kami adalah untuk memahami mekanisme pengontrolan metilmerkuri di lingkungan,” kata Liang. “Pemahaman ini dapat menuntun kita kepada cara untuk mengurangi tingkat keracunan merkuri pada tubuh ikan karena ini merupakan permasalahan global yang cukup signifikan dampaknya.”
Merkuri tersebar di banyak tempat di dunia yang utamanya diakibatkan oleh pembakaran batubara, proses industri, dan kejadian alam seperti erupsi gunung berapi. Berbagai macam bentuk merkuri ditemukan dalam sedimen dan perairan.
Penelitian semacam ini diuntungkan oleh kecanggihan laboratorium geokimia dan mikrobiologi, pemodelan komputasional dan simulasi, sumber neutron berkelas dunia, serta sistem komputer yang berperforma tinggi yang dimiliki oleh Oak Ridge National Laboratory.
Ardi Wijanarko

Dampak Pencemaran Lingkungan dari Belerang Oksida

Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx terdiri atas gas SO2 dan gas SO3 yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2berbau tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3bersifat sangat reaktif. Gas SO3mudah bereaksi dengan uap air yang ada diudara untuk membentuk asam sulfat atau H2SO4. Asam sulfat ini sangat reaktif, mudah bereaksi (memakan) benda-benda lain yang mengakibatkan kerusakan, seperti proses perkaratan (korosi) dan proses kimiawi lainnya.
SOx mempunyai ciri bau yang tajam, bersifat korosif (penyebab karat), beracun karena selalu mengikat oksigen untuk mencapai kestabilan phasa gasnya. Sox menimbulkan gangguan sitem pernafasan, jika kadar 400-500 ppm akan sangat berbahaya, 8-12 ppm menimbulkan iritasi mata, 3-5 ppm menimbulkan bau.
Konsentrasi gas SO2 diudara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia (tercium baunya) manakala kensentrasinya berkisar antara 0,3 – 1 ppm. Jadi dalam hal ini yang dominan adalah gas SO2. Namun demikian gas tersebut akan bertemu dengan oksigen yang ada diudara dan kemudian membentuk gas SO3 melalui reaksi berikut :
2SO2 + O2 (udara)        ->               2SO3
Pemakaian batu bara sebagai bahan bakar pada beberapa kegiatan industri seperti yang terjadi di negara Eropa Barat dan Amerika, menyebabkan kadar gas SOx diudara meningkat. Reaksi antara gas SOx dengan uap air yang terdapat di udara akan membentuk asam sulfat maupun asam sulfit. Apabila asam sulfat dan asam sulfit turun ke bumi bersama-sama dengan jatuhnya hujan, terjadilah apa yang dikenal denagn Acid Rain atau hujan asam . Hujan asam sangat merugikan karena dapat merusak tanaman maupun kesuburan tanah. Pada beberapa negara industri, hujan asam sudah banyak menjadi persoalan yang sangat serius karena sifatnya yang merusak. Hutan yang gundul akibat jatuhnya hujan asam akan mengakibatkan lingkungan semakin parah.
Pencemaran SOx diudara terutama berasal dari pemakaian baru bara yang digunakan pada kegiatan industri, transportasi, dan lain sebagainya. Belerang dalam batu bara berupa mineral besi peritis atau FeS2 dan dapat pula berbentuk mineral logam sulfida lainnya seperti PbS, HgS, ZnS, CuFeS2 dan Cu2S. Dalam proses industri besi dan baja (tanur logam) banyak dihasilkan SOx karena mineral-mineral logam banyak terikat dalam bentuk sulfida. Pada proses peleburan sulfida logam diubah menjadi oksida logam. Proses ini juga sekaligus menghilangkan belerang dari kandungan logam karena belerang merupakan pengotor logam. Pada suhu tinggi sulfida logam mudah dioksida menjadi oksida logam melalui reaksi berikut :
2ZnS + 3O2 -> 2ZnO + 2SO2
2PbS + 3O2 -> 2PbO + 2SO2

Lapisan SO2 dan bahaya bagi kesehatan
SO2 mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kesehatan yang akut dan kronis. dalam bentuk gas, SO2 dapat mengiritasi sistem pernapasan; pada paparan yang tinggi (waktu singkat) mempengaruhi fungsi paru-paru.
SO2 merupakan produk sampingan H2SO4 yang mempengaruhi sistem pernapasan. Senyawanya, terdiri dari garam ammonium polinuklir atau organosulfat, mempengaruhi kerja alveoli dan sebagai bahan kimia yang larut, mereka melewati membran selaput lendir pada sistem pernapasan pada makhluk hidup.
Aerosol partikulat dibentuk oleh gas ke pembentukan partikel ditemukan bergabung dengan pengaruh kesehatan yang banyak.
Secara global, senyawa-senyawa belerang dalam jumlah cukup besar masuk ke atmosfer melalui aktivitas manusia sekitar 100 juta metric ton belerang setiap tahunnya, terutama sebagai SO2dari pembakaran batu bara dan gas buangan pembakaran bensin. Jumlah yang cukup besar dari senyawa belerang juga dihasilkan oleh kegiatan gunung berapi dalam bentuk H2S, proses perombakan bahan organik, dan reduksi sulfat secara biologis. Jumlah yang dihasilkan oleh proses biologis ini dapat mencapai lebih 1 juta metric ton H2S per tahun.
Ardi Wijanarko

Industri Versus Lingkungan



Pencemaran terjadi akibat bahan beracun dan berbahaya dalam limbah lepas masuk lingkungan hingga terjadi perubahan kualitas lingkungan, Sumber bahan beracun dan berbahaya dapat diklasifikasikan:
1.      industri kimia organik maupun anorganik
2.      penggunaan bahan beracun dan berbahaya sebagai bahan baku atau bahan penolong
3.      peristiwa kimia-fisika, biologi dalam pabrik.
Lingkungan sebagai badan penerima akan menyerap bahan tersebut sesuai dengan kemampuan. Sebagai badan penerima adalah udara, permukaan tanah, air sungai, danau dan lautan yang masingmasing mempunyai karakteristik berbeda.
Air di suatu waktu dan tempat tertentu berbeda karakteristiknya dengan air pada tempat yang sama dengan waktu yang berbeda,Air berbeda karakteristiknya akibat peristiwa alami serta pengaruh faktor lain.
Kemampuan lingkungan untuk memulihkan diri sendiri karena interaksi pengaruh luar disebut daya dukung lingkungan. Daya dukung lingkungan antara tempat satu dengan tempat yang lain berbeda, Komponen lingkungan dan faktor yang mempengaruhinya turut menetapkan nilai daya dukung.
Bahan pencemar yang masuk ke dalam lingkungan akan bereaksi dengan satu atau lebih komponen lingkungan. Perubahan komponen lingkungan secara fisika, kimia dan biologis sebagai akibat dari bahan pencemar, membawa perubahan nilai lingkungan yangdisebut perobahan kualitas.
Limbah yang mengandung bahan pencemar akan merubah kualitas lingkungan bila lingkungan tersebut tidak mampu memulihkan kondisinya sesuai dengan daya dukung yang ada padanya, Oleh karena itu penting diketahui sifat limbah dan komponen bahan pencemar yang terkandung.
Pada beberapa daerah di Indonesia sudah ditetapkan nilai kualitas limbah air dan udara. Namun baru sebagian kecil. Sedangkan kualitas lingkungan belum ditetapkan. Perlunya penetapan kualitas lingkungan mengingat program industrialisasi sebagai salah satu sektor yang memerankan andil besar terhadap perekonomlan dan kemakmuran bagi suatu bangsa.
Penggunaan air yang berlebihan, sistem pembuangan yang belum memenuhi syarat, karyawan yang tidak terampil, adalah faktor yang harus dipertimbangkan dalam mengidentifikasikan sumber pencemar.
ardi Wijanarko

Industri Sebagai Sumber Polusi



Pilihan klasifikasi industri tergantung pada jenis bahan baku sehingga pengelompokannya dapat dilakukan dengan mudah apakah suatu industri itu termasuk dalam kelompok industri primair, sekunder ataupun tertier.
Untuk beberapa hal industri primer dapat diidentifikasi sebagai industri hulu karena pada dasarnya industri itu mengolah bahan baku menjadi bahan setengah jadi, seperti pengolahan hasil pertanian,perkebunan, pertambangan dan obatobatan.
Sebagai output industri diklasifikasikan produk utama, sampingan dan limbah yang dapat diuraikan menjadi limbah bernilai ekonomis dan nonekonomis.
Penyelidikan sumber pencemaran dapat dilaksanakan pada input, proses maupun pada output-nya dengan melihat jenis dan spesifikasi limbah yang diproduksi.
Bagan 1 menggambarkan hubungan antara subkegiatan dengan kegiatan lain yang terdapat kemungkinan limbah diproduksi.
Pencemaran yang ditimbulkan industri karena ada limbah keluar pabrik mengandung bahan beracun dan berbahaya. Bahan pencemar keluar bersama bahan buangan melalui media udara, air dan bahan padatan,Bahan buangan yang keluar dari pabrik masuk dalam lingkungan dapat diidentifikasi sebagai sumber pencemar.
Sebagai sumber pencemar perlu diketahui jenis bahan pencemar yang keluar, jumlah dan jangkauannya. Antara pabrik satu dengan yang lain berbeda jenis, dan jumlahnya tergantung pada penggunaan bahan baku, sistem proses, dan cara kerja karyawan dalam pabrik.
Untuk mengidentifikasi industri sebagai pencemar maka perlu diketahui jenis industrinya, bahan baku, sistem proses dan pengolahan akhir.
Ardi wijanarko