Ahir-ahir ini banyak kita mendengar berita tentang
kecelakaan pesawat terbang di berbagai belahan dunia, baik pesawat militer
maupun pesawat komersil. Masih teringat dibenak kita tentang hilangnya pesawat
terbang Adam Air yang sedang terbang dari Surabaya menuju Makasar pada tahun
2007 silam,pesawat hilang beserta
seluruh penumpang dan awak pesawat dan sampai sekarang tidak ditemunkan baik
bangkai pesawat maupun penumpang dan
awak pesawat terbang tersebut, hanya beberapa serpihan pesawat yang hancur saja
yang diketemukan. Tak lama setelah itu juga tragedi di Bandara Adi soecipto
Jogjakarta. Dan yang paling baru adalah tewasnya seluruh penumpang dan awak
pesawat Sukhoi dalam acara uji terbang pesawat, yang ditemukan hancur menabrak
Gunung Salak di Jawa Barat.
Sepintas kita merasa ngeri jika membayangkan hal tersebut.
Naik pesawat terbang seolah-olah harus mempertaruhkan nyawa kita. Dimana sekali
terjadi kecelakaan, hanya sedikit kemungkinan kita untuk selamat. Akan tetapi
tahukah anda bahwa sebenarnya Pesawat terbang merupakan alat transportasi
teraman dari seluruh alat transportasi yang ada, kususnya transportasi modern.
Jika kita teliti lebih dalam, coba bayangkan dan hitung,
berapa kali terjadi tragedi kecelakaan dijalan raya, baik itu motor, mobil,
maupun kendaraan tradisional. Kemudian berapa seringnya terjadi kereta api
anjlog (kususnya di Indonesia), kemudian tragedi kecelakaan kapal-kapal kecil
di pedalaman Kalimantan atau Sumatra.
Dari data Kepolisian, diperkirakan 1 sampai 5 nyawa manusia melayang setiap
harinya di setiap kota di Indonesia akibat kecelakaan jalan raya. Jika dihitung
dalam sebulan, berarti 30 sampai 150 nyawa
manusia melayang disetiap kota di Indonesia. Dan jika dikalikan jumlah
kota seluruh Indonesia, sudah berapa ribu nyawa melayang akibat kecelakaan
jalan raya. Ini jelas lebih mengerikan. Kita mungkin tidak pernah mengetahui
itu semua karena tidak semua media meliput semua kejadian tersebut.
Akan tetapi coba kita tengok, jika terjadi kecelakaan
pesawat terbang, baik di Indonesia maupun di negara lain, media pasti sudah
mengekspos besar-besaran tentang tragedi kecelakaan itu. Kecelakan pesawat
terbang memang tergolong kecelakaan besar, karena hanya sedikit kemungkinan
penumpang atau pengemudi pesawat itu akan selamat. Namun, jika dihitung, secara
keseluruhan kecelakaan pesawat tergolong jarang terjadi. Mungkin hanya sebulan
sekali kita mendengar berita tentang
kecelakaan pesawat terbang. Namun, ekspos media yang berlebihanlah yang membuat seolah-olah kecelakan pesawat terbang sering
terjadi.
Coba jika setiap kecelakaan yang terjadi dijalan raya
diliput oleh media, mungkin setiap jamnya pasti ada berita tentang kecelakaan
dijalan raya.
Dan perlu anda ketahui juga, pesawat terbang merupakan alat
transportasi yang paling diperhatikan standar keselamatan dan keamanannya.
Dimana setiap kerusakan-kerusakan yang terjadi pasti akan segera mungkin
diperbaiki dan kondisi pesawat sesuai dengan standar syarat terbang yang
berlaku. Jika terjadi satu saja kerusakan elemen pesawat terbang, pasti peawat
terbang tersebut tidak diperbolehkan untuk lepas landas. Selain itu, pesawat
terbang juga hanya dijalankan dan dioperasikan oleh orang berpendidikan. Mulai
dari pengemudinya ( PILOT), kemudian teknisi pesawat terbang, dan semua
operator-operator yang terlibat didalam
pengoperasian pesawat terbang.
Coba dibandingkan dengan alat transportasi lain, berapa
seringkah kita memperhatikan kondisi motor
atau mobil kita. Atau transportasi umum seperti angkot dan bus, yang dijalankan
bebas oleh siapapun asal bisa menyetir dan mempunyai SIM, kadang juga tidak
mempunyai. Atau rusaknya bantalan rel kereta api, akan tetapi masih saja kereta
api melintas diatasnya, kemudian over load pada kapal penumpang yang dilakukan
perusahaan pelayaran di Indonesia.
Hal ini sebenarnya dapat dilihat berapa seringnya terjadi
kecelakaan baik didarat maupun dilaut.
Lantas, masih takutkan anda naik pesawat terbang?
(Ardi Wijanarko)