Baru –baru ini kita mendengar
berita tentang tewasnya dua pendaki gunung Sindoro Jawa Tengah. Tepatnya pada
hari Selasa tanggal 1 Januari 2013. Dari laporan teman korban dan saksi mata
disekitar tempat kejadian perkara, dua pendaki asal Wonosobo tersebut tewas
karena menghirup gas beracun yang keluar dari kawah Jolotundo gunung Sindoro.
Gunung Sindoro adalah sebuah
gunung di Jawa Tengah, tepatnya berada di barat dari kota Temanggung dan timur
dari kota Wonosobo. Gunung Sindoro yang bersebelahan dengan gunung Sumbing
memiliki ketinggian 3150 MDPL. Status gunung sindoro saat ini adalah aktif
normal. Sebelumnya gunug Sindoro telah dinyatakan sebagai gunung mati atau
gunung tidak aktif, karena tidak ada aktifitas fulkanik di kawah Sindoro
setelah terakhir kali mengeluarkan semburan asap pada tahun 1970.
Akan tetapi setelah tertidur selama 40 tahun,
pada ahir tahun 2011, tepatnya pada bulan November 2011, ditemukan semburan
asap dari dinding dan air panas didasar kawah Jolotundo Sindoro.
Status gunung Sindoro pada bulan November kemudian dinaikkan menjadi waspada
Level III. Pada saat itu juga terjadi gempa tremor dengn kekuat rendah. Setelah
aktifitas kegempaan turun, status gunung sindoro diturunkan menjadi aktif
normal per tanggal 30 Maret 2012.
Meskipun sampai saat ini kawah Sindoro
masih mengeluarkan asap, gunung Sindoro masih dinyatakan aman untuk pendakian,
karena asap yang dikeluarkan dari kawah Sindoro hanya mengandung gas sulfatara
berskala rendah dan memiliki potensi racun yang kecil.
Lantas, benarkah dua orang
pendaki itu tewas akibat gas beracun dari Gunung Sindoro? Padahal dari catatan
sejarah belum pernah ada pendaki yang tewas di Gunung Sindoro disebabkan oleh
gas ataupun asap dari kawah Sindoro.
Dari penelitia, ditemukan bahwa
gas beracun yang menyebabkan tewasnya dua orang pendaki itu adalah karena uap
dari air hujan yang mengguyur puncak Sindoro. Memang pada saat itu cuaca di
sekitar gunung Sindoro sedang tidak baik.
Pada saat itu malam tahun baru, sekitar 150 orang tercatat mendaki
gunung Sindoro melalui pos Pendakian Kledung Temanggung, meskipun cuaca di
sekitar gunung Sindoro diguyur hujan deras.
Kemudian gunung Sindoro yang
memiliki lubang kawah sangat besar,
dimana masih terdapat lubang-lubang di dinding kawah maupun dasar kawah, yang
terhubung langsung dengan perut bumi meskipun hanya beberapa saja yang
mengeluarkan asap sulfatara. Dari lubang itulah diperkirakan gas beracun itu
muncul, hujan yang turun membasahi puncak Sindoro, secara otomatis air hujan
yang turun masuk kedalam lubang lubang kawah. Panas bumi membuat air yang masuk
kembai menguap dan keluar keatas. Karena sudah melewati perut bumi, yang
dipenuhi material-material fulkanik didalamnya, uap air itu naik membawa
zat-zat yang ada diperut bumi seperti SIO, dan sulfur dengan kadar pekat. Asap
inilah yang kemungkinan besar terhirup oleh pendaki tadi. Dan yang lebih
berbahaya lagi, uap air yang keluar dari perut bumi tersebut tidak berwarna
tidak berwujud, dan bagi orang awam yang tidak paham tentang Vukanologi, mereka
tidak memperhatikan bau yang dirasakan dari uap air tersebut, dikiranya mungkin
hanya bau belerang biasa, padahal bau itu adalah uap air yang keluar dari perut
bumi. Dengan menghirup gas berbahaya tadi, mereka akan merasa lemas dan dengan
keadaan fisik capek, bisa berujung pada kematian. (Ardi Wijanarko)
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar