Kemacetan di Ibu Kota Jakarta semakin hari semakin
menjadi. Kemacetan tidak hanya terjadi dijalan-jalan arteri, akan tetapi juga
terjadi dijalan bebas hambatan atau jalan tol. Wilayah yang terkena kemacetan
pun semakin meluas, tidak hanya didalam kota Jakarta sendiri, akan tetapi sudah
merambat sampai ke kota satelit yang
mengitarinya, seperti Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang. Bahkan terus meluas
hingga Karawang, cikampek dan Banten.
Pembuatan jalan tol didalam Kota
Jakarta, meliputi Tol Dalam Kota, kemudian Tol Lingkar Luar Jakarta, dan jalan
Tol yang Terhubung ke Pelabuhan Tanjung Priok dan Bandara Internasional
Soekarno-Hatta nampaknya sudah hampir tidak bisa dijadikan sebagai alternatif
pencegah kemacetan. Jalan tol yaang seharusnya jalan bebas hambatan, justru
ikut dalam lubang kemacetan seperti yang terjadi di jalan arteri. Jalan tol
yang menghubungkan Jakarta dengan kota Lain seperti Jalan Tol Jakarta Cikampek
Kearah timur, kemudian Tol Jagorawi Ke arah selatan, dan tol Jakarta Merak ke
arah Barat juga tidak banyak membantu. Kemacetan juga terjadi di titik-titik
tertentu di jalan tol tersebut yang di dominasi kendaraan ber plat nomor kota
Jakarta. Mobil-mobil pulang pergi setiap harinya dari dan menuju ke Jakarta.
Beberapa sumber kemacetan mulai dari
pertigaan atau persimpangan jalan, kemudian putaran arah dan penyempitan jalan
sudah diakali dengan berbagai macam cara untuk mencegah tersendatnya laju
kendaraan, dengan pengalihan arus, kemudian penerapan satu lajur, akan tetapi
masih saja terjadi kemacetan. Bahkan trafik light yang fungsi utamanya untuk
mencegah kemacetan justru menjadi faktor utama terjadinya kepadatan lalulintas.
Ditambah pula faktor faktor lain seperti perbaikan jalan, dan keramaian
lalulalang manusia di titik keramaian semakin menambah parah penyakit macet di
Ibu kota.
Kemacetan sampai saat ini
disebabkan karena membludaknya jumlah kendaraan roda empat atau lebih, mulai
dari mobil, minibus, bus, truck hingga truck kontainer. Sementara keberadaan
kendaraan roda dua atau motor membuat jalanan semakin semrawut karena berjalan
sesuka hati. Pembuatan jalan tol sebenarnya bisa sedikit membantu jika para
pengemudi kendaraan mobil mau tertib dalam pemakaiannya. Dimana mobil yang akan
melewati jalan-jalan arteri yang berpotensi terjadi kemacetan hendaknya
melaluijalan tol yang ada. Akan tetapi
dari survei yang dilakukan sebuah media cetak, hanya 50% pengguna
kendaraan roda empat yang masuk jalan tol, itupun didominasi kendaraan besar
seperti bus, dan truck. Sisanya tetap menggunakan jalan arteri, dengan berbagai macam alasan mulai dari lebih
hemat (karena tidak membayar tol), atau jarak Yang ditempuh dekat dan berbagai
macam alasan lainnya. yang jelas semakin menambah padat jalan arteri di Ibu
kota ini.
Sebuah usulan, kenapa jalan tol
tidak digunakan untuk pengguna kendaraan roda dua saja, jika pengguna kendaraan
roda empat lebih memilih melalui jalan arteri. Biarkan pengguna mobil menikmati
kemacetan dijalan arteri, sementara pengguna motor bisa melaju kencang di jalan
tol. Sebab, dari data yang diperoleh, jarak yang ditempuh pengguna kendaraan
roda dua lebih jauh dibanding pengguna kendaraan roda empat. Para pengguna
motor rata-rata para pengalju dari luar kota yang ingin mengejar waktu, sebab
dengan menggunakan motor mereka bisa menerobos kemacetan di Jakarta. Sementara
pengguna kendaraan roda empat sendiri sebagian besar justru berasal dari dalam
kota Jakarta.(ardi Wijanarko)
Sumber
http://media.viva.co.id/thumbs2/2009/01/13/63042_motor_masuk_jalan_tol_menghindari_banjir_663_382.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar