Berbagai
kristal
Sampai di sini, kristal telah
diklasifikasikan berdasarkan cara penyusunan partikelnya. Kristal juga dapat
diklasifikasikan dengan jenis partikel yang menyusunnya atau dengan interaksi
yang menggabungkan partikelnya (Tabel 8.2).
Tabel 8.2 Berbagai jenis kristal
logam
|
ionik
|
molekular
|
kovalen
|
||||
Li
|
38
|
LiF
|
246,7
|
Ar
|
1,56
|
C(intan)
|
170
|
Ca
|
42
|
NaCl
|
186,2
|
Xe
|
3,02
|
Si
|
105
|
Al
|
77
|
AgCl
|
216
|
Cl
|
4,88
|
SiO2
|
433
|
Fe
|
99
|
Zn
|
964
|
CO2
|
6,03
|
||
W
|
200
|
CH4
|
1,96
|
Nilai
yang tercantum di atas adalah energi yang diperlukan untuk memecah kristal
menjadi partikel penyusunnya (atom, ion, atau molekul (dalam kkal mol-1))
a. Kristal logam
Kisi kristal logam terdiri atas atom
logam yang terikat dengan ikatan logam. Elektron valensi dalam atom logam mudah
dikeluarkan (karena energi ionisasinya yang kecil) menghasilkan kation. Bila
dua atom logam saling mendekat, orbital atom terluarnya akan tumpang tindih
membentuk orbital molekul. Bila atom ketiga mendekati kedua atom tersebut,
interaksi antar orbitalnya terjadi dan orbital molekul baru terbentuk. Jadi,
sejumlah besar orbital molekul akan terbentuk oleh sejumlah besar atom logam,
dan orbital molekul yang dihasilkan akan tersebar di tiga dimensi. Hal ini
sudah dilakukan di Bab 3.4 (Gambar 3.8).
Karena orbital atom bertumpangtindih
berulang-ulang, elektron-elektron di kulit terluar setiap atom akan dipengaruhi
oleh banyak atom lain. Elektron semacam ini tidak harus dimiliki oleh atom
tertentu, tetapi akan bergerak bebas dalam kisi yang dibentuk oleh atom-atom
ini. Jadi, elektron-elektron ini disebut dengan elektron bebas.
Sifat-sifat logam yang bemanfaat seperti
kedapat-tempa-annya, hantaran listrik dan panas serta kilap logam dapat
dihubungkan dengan sifat ikatan logam. Misalnya, logam dapat mempertahankan
strukturnya bahkan bila ada deformasi. Hal ini karena ada interaksi yang kuat
di berbagai arah antara atom (ion) dan elektron bebas di sekitarnya (Gambar
8.8).
Gambar 8.8 Deformasi sruktur logam.
Logam akan terdeformasi bila gaya yang kuat diberikan, tetapi logam tidak akan putus. Sifat ini karena interaksi yang kuat antara ion logam dan elektron bebas.
Logam akan terdeformasi bila gaya yang kuat diberikan, tetapi logam tidak akan putus. Sifat ini karena interaksi yang kuat antara ion logam dan elektron bebas.
Tingginya hantaran panas logam dapat
juga dijelaskan dengan elektron bebas ini. Bila salah satu ujung logam
dipanaskan, energi kinetik elektron sekitar ujung itu akan meningkat.
Peningkatan
energi kinetik dengan cepat ditransfer
ke elektron bebas. Hantaran listrik dijelaskan dengan cara yang sama. Bila beda
tegangan diberikan pada kedua ujung logam, elektron akan mengalir ke arah
muatan yang positif.
Kilap logam diakibatkan oleh sejumlah
besar orbital molekul kristal logam. Karena sedemikian banyak orbital molekul,
celah energi antara tingkat-tingkat energi itu sangat kecil. Bila permukaan
logam disinari, elektron akan mengabsorbsi energi sinar tersebut dan
tereksitasi. Akibatnya, rentang panjang gelombang cahaya yang diserap sangat
lebar. Bila elektron yang tereksitasi melepaskan energi yang diterimanya dan
kembali ke keadaan dasar, cahaya dengan rentang panjang gelombang yang lebar
akan dipancarkan, yang akan kita amati sebagai kilap logam.
b. Kristal ionik
Kristal ionik semacam natrium khlorida
(NaCl) dibentuk oleh gaya tarik antara ion bermuatan positif dan negatif.
Kristal ionik biasanya memiliki titik leleh tinggi dan hantaran listrik yang
rendah. Namun, dalam larutan atau dalam lelehannya, kristal ionik terdisosiasi
menjadi ion-ion yang memiliki hantaran listrik.
Biasanya diasumsikan bahwa terbentuk
ikatan antara kation dan anion. Dalam kristal ion natrium khlorida, ion natrium
dan khlorida diikat oleh ikatan ion. Berlawanan dengan ikatan kovalen, ikatan
ion tidak memiliki arah khusus, dan akibatnya, ion natrium akan berinteraksi
dengan semua ion khlorida dalam kristal, walaupun intensitas interaksi beragam.
Demikian juga, ion khlorida akan berinteraksi dengan semua ion natrium dalam
kristal.
Susunan ion dalam kristal ion yang
paling stabil adalah susunan dengan jumlah kontak antara partikel bermuatan
berlawanan terbesar, atau dengan kata lain, bilangan koordinasinya terbesar.
Namun, ukuran kation berbeda dengan ukuran anion, dan akibatnya, ada
kecenderungan anion yang lebih besar akan tersusun terjejal, dan kation yang
lebih kecil akan berada di celah antar anion.
Dalam kasus natrium khlorida, anion
khlorida (jari-jari 0,181 nm) akan membentuk susunan kisi berpusat muka dengan
jarak antar atom yang agak panjang sehingga kation natrium yang lebih kecil
(0,098 nm) dapat dengan mudah diakomodasi dalam ruangannya (Gambar 8.9(a)).
Setiap ion natrium dikelilingi oleh enam ion khlorida (bilangan koordinasi =
6). Demikian juga, setiap ion khlorida dikelilingi oleh enam ion natrium
(bilangan koordinasi = 6) (Gambar 8.9(b)). Jadi, dicapai koordinasi 6:6.
Gambar 8.9 Struktur kristal natrium khlorida
Masing-masing ion dikelilingi oleh enam ion yang muatannya berlawanan.
Struktur ini bukan struktur terjejal.
Masing-masing ion dikelilingi oleh enam ion yang muatannya berlawanan.
Struktur ini bukan struktur terjejal.
Dalam cesium khlorida, ion cesium yang
lebih besar (0,168nm) dari ion natrium dikelilingi oleh 8 ion khlorida
membentuk koordinasi 8:8. Ion cesium maupun khlorida seolah secara independen
membentuk kisi kubus sederhana, dan satu ion cesium terletak di pusat kubus
yang dibentuk oleh 8 ion khlorida (Gambar 8.10)
Gambar 8.10 Struktur kristal cesium khlorida.
Setiap ion dikelilingi oleh delapan ion dengan muatan yang berlawanan.
Struktur ini juga bukan struktur terjejal.
Setiap ion dikelilingi oleh delapan ion dengan muatan yang berlawanan.
Struktur ini juga bukan struktur terjejal.
Jelas
bahwa struktur kristal garam bergantung pada rasio ukuran kation dan anion.
Bila rasio (jarijari kation)/(jari-jari anion) (rC/rA) lebih kecil dari
nilai rasio di natrium khlorida, bilangan koordinasinya akan lebih kecil dari
enam. Dalam zink sulfida, ion zink dikelilingi hanya oleh empat ion sulfida.
Masalah ini dirangkumkan di tabel 8.3.
Tabel 8.3 Rasio jari-jari kation rC dan anion rA dan
bilangan koordinasi.
Rasio
jari-jari rC/rA
|
Bilangan
koordinasi
|
contoh
|
0,225-0,414
|
4
|
ZnS
|
0,414-0,732
|
6
|
Sebagian besar halida logam alkali
|
>0,732
|
8
|
CsCl, CsBr, CsI
|
Latihan 8.4 Penyusunan dalam kristal ion
Dengan
menggunakan jari-jari ion (nm) di bawah ini, ramalkan struktur litium fluorida
LiF dan rubidium bromida RbBr. Li+ =
0,074, Rb+ = 0,149, F- = 0,131, Br- =
0<196
Jawab
Untuk
LiF, rC/rA = 0,074/0,131 = 0,565. Nilai ini berkaitan dengan
nilai rasio untuk kristal berkoordinasi enam, sehingga LiF akan bertipe NaCl.
Untuk RbBr, rC/rA = 0,149/0,196 = 0,760, yang termasuk daerah
berkoordinasi 8, sehingga RbBr diharapkan bertipe CsCl.
c. Kristal molekular
Kristal dengan molekul terikat oleh gaya
antarmolekul semacam gaya van der Waals disebut dengan kristal molekul. Kristal
yang didiskusikan selama ini tersusun atas suatu jenis ikatan kimia antara atom
atau ion. Namun, kristal dapat terbentuk, tanpa bantuan ikatan, tetapi dengan
interaksi lemah antar molekulnya. Bahkan gas mulia mengkristal pada temperatur
sangat rendah. Argon mengkristal dengan gaya van der Waaks, dan titik lelehnya
-189,2°C. Padatan argon berstruktur kubus terjejal.
Molekul diatomik semacam iodin tidak
dapat dianggap berbentuk bola. Walaupun tersusun teratur di kristal, arah
molekulnya bergantian (Gambar 8.11). Namun, karena strukturnya yang sederhana,
permukaan kristalnya teratur. Ini alasannya mengapa kristal iodin memiliki
kilap.
Gambar 8.11 Struktur kristal iodin.
Strukturnya berupa kisi ortorombik berpusat muka.
Molekul di pusat setiap muka ditandai dengan warna lebih gelap.
Strukturnya berupa kisi ortorombik berpusat muka.
Molekul di pusat setiap muka ditandai dengan warna lebih gelap.
Pola penyusunan kristal senyawa organik
dengan struktur yang lebih rumit telah diselidiki dengan analisis kristalografi
sinar-X. Bentuk setiap molekulnya dalam banyak kasus mirip atau secara esensi
identik dengan bentuknya dalam fasa gas atau dalam larutan.
d. Kristal kovalen
Banyak
kristal memiliki struktur mirip molekul-raksasa atau mirip polimer. Dalam kristal
seperti ini semua atom penyusunnya (tidak harus satu jenis) secara berulang
saling terikat dengan ikatan kovelen sedemikian sehingga gugusan yang
dihasilkan nampak dengan mata telanjang. Intan adalah contoh khas jenis kristal
seperti ini, dan kekerasannya berasal dari jaringan kuat yang terbentuk oleh
ikatan kovalen orbital atom karbon hibrida sp3 (Gambar 8.12). Intan stabil sampai 3500°C, dan pada
temperatur ini atau di atasnya intan akan menyublim.
Kristal
semacam silikon karbida (SiC)n atau
boron nitrida (BN)n memiliki struktur yang
mirip dengan intan. Contoh yang sangat terkenal juga adalah silikon dioksida
(kuarsa; SiO2)
(Gambar 8.13). Silikon adalah tetravalen, seperti karbon, dan mengikat empat
atom oksigen membentuk tetrahedron. Setiap atom oksigen terikat pada atom
silikon lain. Titik leleh kuarsa adalah 1700 °C.
Gambar 8.12 Struktur kristal intan
Sudut ∠C-C-C adalah sudut tetrahedral, dan setiap
atom karbon dikelilingi oleh empat atom karbon lain.
Sudut ∠C-C-C adalah sudut tetrahedral, dan setiap
atom karbon dikelilingi oleh empat atom karbon lain.
Gambar 8.13 Struktur kristal silikon dioksida
Bila atom oksigen diabaikan, atom silikon akan membentuk struktur mirip intan. Atom oksigen berada di antara atom-atom silikon.
Bila atom oksigen diabaikan, atom silikon akan membentuk struktur mirip intan. Atom oksigen berada di antara atom-atom silikon.
Latihan 8.5 Klasifikasi padatan
Kristal yang diberikan di bawah ini
termasuk kristal logam, ionik, kovalen, atau molekular. Kenali jenis
masing-masing.
padatan
|
Titik leleh
(°C)
|
Kelarutan
dalam air
|
Hantaran
listrik
|
A
|
150
|
Tak larut
|
Tidak
|
B
|
1450
|
Tak larut
|
Menghantar
|
C
|
2000
|
Tak larut
|
Tidak
|
D
|
1050
|
larut
|
Tidak
|
Jawab
A = kristal molekular, B = kristal
logam, C = kristal kovalen, D = kristal ionik
Kristal biasanya diklasifikasikan seprti
di latihan 8.5 di atas. Dalam metoda lain, kristal diklasifikasikan bergantung
pada partikel penyusunnya, yakni atom, molekul atau ion. Kristal yang tersusun
atas atom meliputi kristal logam, kristal kovalen, dan kristal molekular
seperti kristal gas mulia. Tabel 8.4 merangkumkan klasifikasi ini.
partikel
|
Jenis ikatan
|
Sifat
|
Contoh
|
Jaringan atom
|
Ikatan kovalen berarah
|
keras
Titik leleh tinggi Insulator |
intan
|
logam
|
Ikatan kovalen tak
berarah |
Kekeresan bervariasi
Titik leleh bervariasi konduktor |
perak
besi
|
Gas mulia
|
Gaya antarmolekul
|
Titik leleh sangat
rendah |
argon
|
Molekul (polar)
|
Interaksi dipol-dipol
|
lunak
Titik leleh rendah Insulator |
es
es kering |
ion
|
Ikatan ionik
|
Keras
Titik leleh tinggi insulator |
natrium khlorida
|
e. Kristal cair
Kristal memiliki titik leleh yang tetap,
dengan kata laun, kristal akan mempertahankan temperatur dari awal hingga akhir
proses pelelehan. Sebaliknya, titik leleh zat amorf berada di nilai temperatur
yang lebar, dan temperatur selama proses pelelehan akan bervariasi.
Terdapat beberapa padatan yang berubah
menjadi fasa cairan buram pada temperatur tetap tertentu yang disebut
temperatur transisi sebelum zat tersebut akhirnya meleleh. Fasa cair ini
memiliki sifat khas cairan seperti fluiditas dan tegangan permukaan. Namun,
dalam fasa cair, molekul-molekul pada derajat tertentu mempertahankan susunan
teratur dan sifat optik cairan ini agak dekat dengan sifat optik kristal.
Material seperti ini disebut dengan kristal cair. Molekul yang dapat menjadi
kristal cair memiliki fitur struktur umum, yakni molekul-molekul ini memiliki
satuan struktural planar semacam cincin benzen. Di Gambar 8.14, ditunjukkan
beberapa contoh ristal cair.
Gambar 8.14 Beberapa contoh kristal cair
Dalam kristal-kristal cair ini, dua cincin benzen membentuk rangka planar.
Dalam kristal-kristal cair ini, dua cincin benzen membentuk rangka planar.
Terdapat tiga jenis kristal cair:
smektik, nematik, dan kholesterik. Hubungan struktural antara kristal
padat-smektik, nematik dan kholesterik secara skematik ditunjukkan di Gambar
8.15. Kristal cair digunakan secara luas untuk tujuan praktis semacam layar TV
atau jam tangan.
Gambar 8.15 Keteraturan dalam kristal cair.
Keteraturan adalm kristal adalah tiga dimensi. Dalam kristal cair smektik dapat
dikatakan keteraturannya di dua dimensi, dan di nematik satu dimensi. T adalah
temperatur transisi.
Latihan
8.1 Kondisi Bragg
Kristal
diukur dengan sinar-X (λ = 0,1541 nm) untuk mendapatkan pola difraksi pada θ
=15,55°. Tentukan jarak antar bidang bila n = 1. Jawab 0,2874 nm.
8.2 Kristal tipe natrium khlorida
Dalam
kristal ionik jenis natrium khlorida (bilangan koordinasi = 6), kation
dikelilingi oleh enam anion. Tentukan rasio jari-jari kation/anion (rC/rA) bila kedua ion
bensentuhan.
Jawab.
rC + rA = √2 rA Maka
rC/rA = 0,414. Bila rasion rC/rA lebih kecil dari nilai ini, tidak akan ada kontak
antara kation dan anion.
8.3 Kerapatan kristal
Jari-jari
atom nikel (Ni) adalah 1,24 x 10–10 m,
dan kristalnya berstruktur kubus terjejal (berpusat muka). Hitung kerapatan
kristal nikel.
Jawab.
Anggap panjang sel kubus sebagai d, maka (4r)2 = 2d2 dengan
teorema Pythagoras d = √2r. Volume satu sel satuan, V, V = 22,63 r3. Dalam satu sel
satuan ada empat atom, maka massa satu sel satuan, w, w = (4 x 58,70 (g mol-1))/(6,022
x 1023 (mol-1))
= 3,900 x 10-22 (g). Akhirnya
kerapatan, d, d = w/V = 9,04 g cm–3. Cocok dengan hasil percobaan 8,90 g cm-3.
8.4 Kubus berpusat badan
Kristal
titanium adalah kubus berpusat badan dengan kerapatan 4,50 g.cm-3.
Hitung panjang sel satuan l, jari-jari atom titanium r. Dalam kubus berpusat
badan, atom-atomnya berkontak sepanjang diagonal sel satuan.
8.4 Jawab.
Karena
dua atom berada dalam sel satuan kubus berpusat badan, persamaan berikut
berlaku 4,50 (g cm-3)
= (2 x 47,88 (g mol-1))/(
6,022 x 1023 (mol-1) x l3 (cm3)), maka l = 3,28 x 10–8 cm. Dengan teorema
Pythagoras, (4r)2 = (3,28 x 10–8)2 + [√2(3,28 x 10-8)]2 ,
maka r = 1,42 x 10-8 cm.
8.5 Klasifikasi kristal
Klasifikasikan
kristal berikut sesuai dengan klasifikasi di Tabel 8.2: (a) es kering (CO2); (b) graphite;
(c)
CaF2;
(d) MnO2;
(e) C10H8 (naftalen);(f) P4; (g) SiO2; (h) Si; (i) CH4; (j) Ru; (k) I2; (l) KBr; (m) H2O; (n) NaOH; (o) U; (p) CaCO3; (q) PH3. Jawab (a) molekular;
(b) kovalen; (c) ionik; (d) ionik; (e) molekular; (f) molekular;(g) kovalen; (h)logam;
(i) molekular; (j) logam; (k) molekular; (l) ionik, (m) molekular; (n) ionik;
(o) logam; (p) ionik; (q) molekular.
Selingan-Berita besar di medan
perang
|
William Henry Bragg (1862-1942), sang
ayah, dan William Laurence Bragg (1890-1971), sang anak, mendapatkan hadiah
Nobel fisika bersama di tahun 1915 karena sumbangannya pada pengembangan
metoda analisis kristalografi sinar-X. Walaupun kini ada beberapa contoh lain
ayah dan anak mendapatkan hadiah Nobel, namun sampai saat ini belum ada
contoh lain ayah dan anak mendapatkan bersama.
Ketika William Laurence mendapatkan
Nobel, ia masih sangat muda (25 tahun). Ini juga sekaligus berarti bidang
sains baru, yang mengeksplorasi struktur atom juga masih sangat muda. William
Laurence mendapatkan berita di basis militer ketika ia sedang terlibat dalam
pengembangan alat yang didesain untuk mendeteksi lokasi kamp musuh dengan
bantuan suara.
Di awal Perang Dunia I, belum ada
sistem untuk merekrut saintis di riset militer. Ketika perang sudah
berlangsung selama beberapa tahun, ilmuwan dipanggil untuk melakukan riset
militer. Pemanggilan saintis ini menjadi sangat ekstensif dan sistematik
selama Perang Dunia II sebagaimana dicontohkan dalam proyek Manhattan.
Di awal PD I, banyak saintis yang
secara sukarela masuk wajib militer dan pergi ke medan perang. Moseley adalah
salah satunya. Ia melamar masuk tentara Inggris segera setelah perang mulai,
dan di tahun 1915, terbunuh oleh pasukan Turki di serangan tragis Gallipoli
Peninsula.
Dari sudut pandang nilai saintifik
yang besar dari hukum Moseley, hampir dapat dipastikan ia akan menerima
hadiah Nobel di tahun 1916 atau segera setelah itu andaikan ia tidak wafat di
perang. Sungguh suatu ironi dan disesalkan bahwa kandidat kuat pemenang Nobel
dibunuh dalam petualangan amibisus Winston Churchill (1874-1965). Churchill
akhirnya justru mendapat hadiah Nobel.
Ardi Wijanarko |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar